GURUKU KINI
GURUKU KINI
Oleh Lilik Puji Rahayu, M.Pd. (Guru SD Supriyadi 02 Semarang)
Hampir 9 bulan pandemi covid-19 tak kunjung usai. Dari akhir bulan Maret sampai hari ini, proses pembelajaran berlangsung secara online. Jika tidak disikapi dengan sikap adaptif guru, maka peserta didik bosan mengikuti kegiatan belajar. Meskipun menteri pendidikan Nadim Makarim sudah mewanti-wanti bahwa pembelajaran era covid yang dilakukan tidak harus memenuhi kebutuhan kurikulum. Meski bagaimanapun, metode dan model penyampaian materi belajar tetap menjadi PR besar bagi guru.
Saatnya kini guru berinovasi. Kreatifitas guru semakin terlihat jelas di masa pandemi covid-19 dalam pemberian tugas ke peserta didik. Hal ini terlihat dari banyaknya video-video pembelajaran guru di channel youtube. Hal yang tak pernah terfikirkan sebelumnya. Seorang guru kini menguasai berbagai aplikasi edit video, gambar dan menguasai penggunaan berbagai media online. Tak sedikit guru yang belum pernah menggunakan atau bahkan mempelajari aplikasi edit video saat masa mengenyam pendidikan keguruan dahulu.
Kini Makin Kreatif
Banyak guru yang kini mahir mengembangkan keterampilan teknologi dengan menguasai banyak aplikasi. Kemahiran ini diperoleh dari otodidak, melihat tutorial youtube dan teman sejawat. Sejatinya guru adalah pembelajar sejati. Guru akan terus belajar dan adaptif dalam merespon perubahan zaman. Dunia pendidikan akan selalu muncul permasalahan-permasalahan yang tak bisa dipecahkan dengan cara-cara konvensional. Kreativitas dan inovatif guru akan menjawab semua tantangan perubahan.
Kunci utama pendidikan memang ada pada guru, tapi kini jika guru hanya menguasai materi, dan memahami metode namun tidak didukung dengan penguasaan teknologi, juga akan menimbulkan kebosanan bagi peserta didik. Selain video pembelajaran, guru-guru juga melakukan tatap muka online. Ini bertujuan untuk meyakinkan pada peserta didik bahwa mereka masih aktif sekolah, ada guru yang mengajar, ada pelajaran yang diberikan, dan lebih dari itu tatap muka online juga untuk mengetahui secara langsung pemahaman siswa terhadap materi yang diberikan. Karena ada interaksi dua arah antara guru dan peserta didik meskipun melalui virtual.
Di era disrupsi teknologi yang semakin canggih ini, guru dituntut memiliki kemampuan dalam bidang teknologi. Penguasaan guru terhadap teknologi pembelajaran adalah tantangan yang kini dijawab nyata dengan hasil nyata kreatifitas guru merangkai PJJ (Pembelajaran Jaraj Jauh) menjadi lebih atraktif.
Pandemi covid-19 telah memberikan banyak hikmah. Salah satunya yaitu meningkatkan kesadaran guru untuk menguasai teknologi dan pentingnya untuk terus belajar hal-hal baru agar lebih adaptif dan responsif dalam menyikapi perubahan.
Sejahtera Kini?
Di hari guru nasional tahun ini yang jatuh pada esok Rabu, 25 November 2020, kesejahteraan guru masih menjadi dilema. Persoalan guru bukanlah sekedar persoalan tugas administrasi atau pun tugas mengajarnya. Tetapi lebih dari itu, persoalan guru adalah persoalan kesejahteraannya. Pendidikan tanpa guru bagaikan perahu tanpa nahkoda yang mengantarkan penumpang pada tujuan akhirnya.
Bukan rahasia umum lagi bahwa tingkat kesejahteraan guru di Indonesia masih sangat memprihatinkan. Penghasilan para guru masih sangat minim apalagi bagi mereka yang masih berstatus guru honorer/guru bantu dan guru swasta. Tak sedikit guru-guru yang tak bergaji tetap seperti guru PNS dengan mencari penghasilan tambahan seusai menjalankan tugas kedinasannya. Seperti berjualan dan menjadi ojek online demi sekedar mencukupi kebutuhan keluarganya.
Menyoal kesejahteraan guru di negeri ini berbanding terbalik dengan sejumlah negara maju seperti Jepang. Gaji guru masuk pada pendapatan tertinggi diantara profesi lain. Negara menyadari bahwa kesejahteraan guru harus dijamin agar guru fokus melaksanakan tugas pokoknya sebagai pendidik tanpa harus mencari tambahan lain untuk memenuhi kebutuhan keluarga. Sudah berpuluh tahun kesejahteraan guru menjadi momok negeri ini. Maka pemerintah juga harus benar-benar menjamin kesejahteraan guru, baik yang berstatus PNS, swasta, maupun honorer.
Serasa angin segar saat baru-baru ini pemerintah memberikan Bantuan Subsidi Upah bagi guru-guru non PNS senilai 1,8 juta untuk masing-masing guru. Semoga saja perhatian pemerintah terkait kesejahteraan guru semakin diprioritaskan tak hanya sekali ini.
Selain persoalan gaji yang minim diberikan, jaminan hukum terhadap guru juga harus terus diupayakan. Jangan sampai ada lagi guru masuk penjara, guru dipolisikan, guru dihukum, guru dianiaya karena dianggap melakukan tindak kekerasan saat berusaha mendidik attitude siswa.
Dengan beban kerja guru yang dinilai sama, namun pemerintah masih setengah hati dalam memperjuangkan kesejahteraan guru honorer maupun swasta. Bahkan jelang PILKADA awal Desember tahun ini, guru kerap dijadikan objek kepentingan politik. Di beberapa daerah, jabatan guru seringkali dijadikan kampanye politik bagi pejabat yang berkepentingan. Kesejahteraan guru bukanlah transaksi jual beli. Siapa yang sanggup memilih, maka diberi. Siapa yang tak pilih maka mutasi. Miris.
Di (HGN) Hari Guru Nasional tahun ini, alangkah bijaknya kita memahami bahwa guru menjadi pondasi keberhasilan bangsa di masa depan. Kehormatan suatu bangsa dinilai dari sejauh mana bangsa itu menghormati guru-gurunya. Bukan hanya dengan seremonial HGN, bukan sekedar penyebutan gelar pahlawan tanpa tanda jasa saja atau pemberian piagam penghargaan saja. Namun lebih berharga dari itu adalah hormati guru-guru kita dengan bersikap sopan dan santun dalam keseharian. Bertegur sapa dengan guru-guru kita.
Bagi pemerintah, pemberian langkah konkret terkait peningkatan kesejahteraan guru secara menyeluruh dan berkelanjutan. Seperti menjamin kesejahteraan ekonomi guru dan keluarganya. Mempersimpel tugas administratif guru, serta memprioritaskan perlindungan hukum untuk guru-guru. Selamat Hari Guru Nasional. (ay)
Artikel ini pernah terbit di Tribun Jateng 24 November 2020 https://jateng.tribunnews.com/2020/11/24/guruku-kini